Jumat, 20 Januari 2012

Pola Batik




PEMBAGIAN POLA BATIK
Pembagian pola batik disini hanyalah sebagian kecil,merupakan garis besarnya saja.Perkembangan pola batik demikian pesat mengikuti selera dan kebutuhan pasar yang naik turun.Penelitian Rouffaer pada tahun 1900 saja pernah mencatat ada sekitar 3 ribuan pola batik,itupun tidak semuanya.Pola batik dikelompokkan ke dalam dua golongan,yaitu golongan pola geometris dan non geometris.
Pembagian pola batik berdasarkan ukuran geometrisnya adalah sebagai berikut:
1.) Pola Banji
Ini merupakan salah satu pola batik yang tertua,berupa silang yang diberi tambahan garis-garis pada ujungnya dengan gaya melingkar ke kanan atau ke kiri.Motif seperti ini terkenal dalam kebudayaan kuno di seluruh dunia dengan nama swastika.DiNusantara motif ini tidak hanya terdapat pada seni batik saja,namun juga pada karya-karya seni yang lain.Kata banji,berasal dari dua suku kata yaitu ban yang artinya sepuluh dan ji yang berarti seribu,suatu perlambang murah rejeki atau kebahagian yang berlipat ganda.Pola banji ini sangat mungkin karena pengaruh kebudayaanChina.Pola banji ini nama lainnya dalam istilah Jawa adalah balok bosok(balok busuk).Dalam perkembangannya pola banji mengalami perubahan-perubahan diantaranya mendapat tambahan rangkaian daun-daunan dan bunga-bungaan.
 
pola-banji-lasem
Gambar di atas adalah pola batik banji dari daerah Lasem,Jawa Timur.



2.) Pola Ceplok
Pola yang sangat digemari,terdiri atas garis-garis yang membentuk persegi-persegi,lingkaran-lingkaran,jajaran genjang,binatang-binatang atau bentuk lain bersegi banyak.Pola ini sebenarnya merupakan stilisasi dari tumbuh-tumbuhan dan binatang,itu sebabnya banyak nama ceplok mengambil nama kembang(bunga) dan binatang.Pola ceplok juga sangat tua,ini bisa dilihat kemiripannya dengan relief-relief candi.Pola ceplok juga ada kemiripannya dengan pola ganggong.Pola ganggongmempunyai ciri khasnya berupa binatang-binatang atau silang-silang yang ujung jari-jarinya melingkar seperti benang sari bunga.



ganggong
Gambar di atas ini adalah salah satu contoh pola ganggong.




  

 
ambar_kumitir
Gambar di atas ini adalah salah satu pola ceplok yang dinamakan ambar kumitir.

 
 
3.) Pola Kawung
Pola ini sebenarnya agak mirip dengan pola ceplok,tetapi karena diduga motifnya lebih kuno dari pola ceplok,maka dijadikan pola tersendiri.Ada anggapan kalau pola ini diinspirasi dari belahan buah aren.Namun menurut Rouffaer,pola kawung ini berasal dari pola grinsing,suatu pola yang disebutkan dalam kitab Pararaton(kitab Para Raja),sebagai pola yang dipakai para raja jaman dahulu.Pola yang terdiri atas lingkaran-lingkaran kecil dengan sebuah titik di dalamnya tersusun seolah-olah sisik ikan atau ular,yang bisa dikombinasikan dengan motif lain.Pola ini pernah menjadi pola larangan bagi istana/kraton Jogjakarta,yang hanya boleh dipakai oleh Sultandan keluarga terdekatnya.


 
kawung-picis-b
Gambar di atas adalah salah satu contoh pola kawung picis

4.) Pola yang meniru tenunan atau anyaman

Banyak ragamnya pola yang menyerupai tenunan ini diantaranya yang terkenal adalah pola nitik.Pola ini berupa titik-titik atau garis-garis pendek yang tersusun secara geometris,membentuk pola yang meniru tenunan atau anyaman.Mereka yang mencari asal usul kata batik dari kata tik,menganggap pola ini adalah yang tertua.

tirta-teja
Gambar di atas adalah contoh pola garis yang dinamakan motif tirta teja.


   
cakar_ayam
Gambar di atas ini adalah pola batik nitik motif cakar ayam.





5.) Pola garis miring
Pola-pola yang dibentuk adalah bergaya miring.Gaya miring ini digemari dalam seni dekoratif hampir di seluruh daerah Nusantara,sehingga tidak heran jika gaya miring ini juga dikenal dalam seni batik.Pola miringnya sendiri kadang jelas kadang tidak begitu kentara.Di antara yang paling digemari adalah yang dinamakan polaparang.Ciri-ciri dari pola parang ini adalah lajur-lajur yang terbentuk oleh garis-garis miring yang sejajar berisikan garis-garis pengisi tegak dan setiap lajur terpisah dari yang lain oleh deretan ornamen yang bergaya miring juga yang dinamakanmlinjon.Kata mlinjon dipakai karena motif pemisah tadi berbentuk jajaran genjang kecil yang mirip dengan buah mlinjo.Parang sendiri mengingatkan orang pada salah satu senjata tajam khas Jawa yaitu sejenis pisau atau keris.Motif parang yang terkenal diantaranya adalah parang rusak.
Motif ini menjadi kegemaran para Raja Jawa,di Surakarta maupun di Jogjakarta,sehingga motifparang rusak juga menjadi larangan bagi orang kebanyakan.Aturan ini sekarang sudah tidak berlaku lagi bagi lingkungan di luar istana/kraton.Nama-nama jenisparang rusak ini dibedakan berdasarkan ukuran polanya.Parang rusak dengan ukuran polanya yang terkecil dinamakan Parang Rusak Klitik.





batik-klithik-big
Gambar di atas adalah pola batik parang rusak klithik






.


parang-gendreh-solo
Yang agak besar/sedang dinamakan Parang Rusak Gendreh.





parang-barong-solo
 yang terbesar dinamakan Parang Rusak Barong

Parang Rusak Barong ini hanya boleh dipakai oleh Raja sendiri.Motif miring lainnya yang terkenal adalah pola Udan Liris,yang karena kehalusan motifnya yang disusun miring seakan-akan menyerupai hujan rintik-rintik



udanliris
Gambar di atas adalah pola Udan Liris.

BATIK


 

Batik Nitik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalamliteratur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.[1]


Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.


Berdasarkan teknik pembuatannya batik dibedakan menjadi:
  • Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
  • Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
  • Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

Dasar- Dasar dalam Membuat batik

Setiap orang memiliki kemampuan membuat suatu bentuk kerajinan tangan termasuk juga membatik. Namun tidak setiap orang dapat membuat kerajinan batik yang memiliki nilai keindahan bagi banyak orang. Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk dapat menciptakan sebuah batik yang indah. Tentunya tidak semudah dengan membalikkan telapak tangan. Kesemuanya itu dapat tercapai jika setiap orang mengetahui pengetahuan bagaimana batik itu sendiri, karena dengan adanya pengetahuan maka langkah-langkah untuk mebuat batik yang indah dapat ditempuh dengan lebih mudah. Secara umum ada pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk dapat membuat kain batik yang indah yakni :
  1. kepandaian mencipta atau melukis dengan lilin.
Kerajinan batik sangat identik dengan lilin. Lilin ibarat tinta pada sebuah kertas dimana kertas tersebut dapat memiliki nilai jika didalamnya terdapat beberapa goresan tinta yang menarik. Untuk memperoleh kepandaian ini membutuhkan keuletan dalam berlatih. Terutama bagi yang tidak memiliki bakat tersendiri dalam bidang ini. 
2. Kepandaian pewarnaan atau pada khususnya kepandaian mencelup kain.
Pewarnaan merupakan unsur pentik selain motif. Warna akan memberikan nilai keindahan seperti halnya sebuah pelangi. Mengetahui beragam teknik pewarnaan dapat dipelajari dengan membaca atau pengalaman sendiri dan tentunya harus dilakukan dengan penuh keuletan untuk menguasai kepandaian ini.
Kedua kepandaian ini dapat dilakukan secara bersamaan atau bergantian bergantung pada kemampuan diri sendiri. Kesemuanya tentunya tidak lepas dari keinginan untuk mencoba mempraktekkannya. Karena jika kita belajar secara langsung tentunya akan banyak pengalaman yang dapat kita peroleh. Untuk dapat memiliki kepandaian mencipta ada beberapa tips yang munkin dapat membantu yakni dengan berlatih terus menerus untuk membuat desain. Ada beberapa tingkatan agar kita pandai untuk menciptakan sendiri desain kita yakni :
  1. tingkat dasar
melatih tangan agar luwes dan cepat dengan cara membuat garis-garis atau bertuk tertentu (sketsa) dalam sebuah kertas.
  1. tingkat menengah
berlatih membuat suatu gambar imajinasi anda. Misalnya dengan mengambungkan bentuk-bentuk yang pernah anda lihat dengan bentuk lain atau membuat variasi sendiri dari bentuk yang pernah dilihat pada sebuah kertas.
  1. tingkat atas
tuangkan gambar-gambar imajinasi anda pada sebuah mori dengan lilin bisa dengan menggunakan canting langsung atau dengan kuas.
Kesemua tahapan ini harus dilakukan secara rutin untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Setelah mahir dalam tahap mencipta kita beranjak ke tahap pewarnaan.

 
  • Cara Membuat BatikBerikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat batik tulis :
    • Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)
    • Canting sebagai alat pembentuk motif,
    • Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)
    • Lilin (malam) yang dicairkan
    • Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
    • Larutan pewarna

Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:
  1. Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan pensil.
  2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.
  3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
  4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu .
  5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
  6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
  7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
  8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
  9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua.
  10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
  11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan.
  12. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai
  13. PEWARNAAN BATIK


Zat warna tekstil dapat digolongkan menjadi 2 menurut sumber asalnya, yaitu :
Pertama, Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam seperti dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan.
Kedua, Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis yang dibuat melalui proses reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan antrasena.

Pada jaman dahulu proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring peningkatan kebutuhan dan kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Zat Pewarna Alam semakin sulit ditemukan di jaman seperti sekarang ini. Hutan-hutan sudah mulai ditebangi, sehingga sumber zat pewarna alam yang berasal dari tumbuhan dan hewan sudah mulai langka.

Berbeda dengan zat pewarna alam, zat pewarna sintetis akan lebih mudah diperoleh di pasaran, ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya

Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif.

Zat pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).

Mori yang diwarnai dengan zat warna alam adalah yang berasal dari serat alam contohnya sutera, wol dan kapas (katun). Sedangkan mori dari serat sintetis seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas (daya serap) terhadap zat warna alam sehingga zat warna alam tidak bisa menempel dan meresap di mori sintetis tersebut. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.

Salah satu kendala pewarnaan mori menggunakan zat warna alam adalah variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna mori. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya. Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif.

Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat semakin memperkaya jenis-jenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam. Eksplorasi zat warna alam ini bisa diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar . Sebagai indikasi awal, tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian tanaman-tanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan putih meninggalkan bekas/goresan berwarna. Pembuatan zat warna alam untuk pewarnaan bahan mori dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana.

Untuk itu pigmen pigmen alam tersebut perlu dieksplorasi dari jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat warna alam untuk pencelupan bahan tekstil. Proses eksplorasi dilakukan dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air.

PEWARNA ALAM
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen- pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik terdapat pada daun, batang, buah, bunga, biji ataupun akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam disebut proses ekstraksi. Proses ektraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut air. Bagian tumbuhan yang di ekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak memiliki pigmen warna misalnya bagian daun, batang, akar, kulit buah, biji ataupun buahnya. Untuk proses ekplorasi ini dibutuhkan bahan sebagai berikut:

  1. Kain katun (birkolin) dan sutera,
  2. Ekstrak adalah bahan yang diambil dari bagian tanaman di sekitar kita yang ingin kita jadikan sumber pewarna alam seperti : daun pepaya, bunga sepatu, daun alpokat, kulit buah manggis, daun jati, kayu secang, biji makutodewo, daun ketela pohon, daun jambu biji ataupun jenis tanaman lainnya yang ingin kita eksplorasi
  3. Bahan kimia yang digunakan adalah tunjung (FeSO4) , tawas, natrium karbonat/soda abu (Na2CO3) , kapur tohor (CaCO3), bahan ini dapat di dapatkan di toko-toko bahan kimia. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, ember, panci, kompor, thermometer , pisau dan gunting
Dalam melakukan proses ekstraksi/pembuatan larutan zat warna alam perlu disesuaikan dengan berat bahan yang hendak diproses sehingga jumlah larutan zat warna alam yang dihasilkan dapat mencukupi untuk mencelup bahan tekstil. Banyaknya larutan zat warna alam yang diperlukan tergantung pada jumlah bahan tekstil yang akan diproses. Perbandingan larutan zat warna dengan bahan tekstil yang biasa digunakan adalah 1:30. Misalnya berat bahan mori yang diproses 100 gram maka kebutuhan larutan zat warna alam adalah 3 liter. Berikut ini adalah langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna alam dalam skala laboratorium:

  1. Potong menjadi ukuran kecil รข€“ kecil bagian tanaman yang diinginkan misalnya: daun, batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun langsung diekstrak. Ambil potongan tersebut seberat 500 gr.
  2. Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5 liter.
  3. Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki larutan zat warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya menjadi sepertiganya. Sebagai indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi berwarna. Jika larutan tetap bening berarti tanaman tersebut hampir dipastikan tidak mengandung pigmen warna.
  4. Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan.

PEWARNA SINTETIS
Pewarnaan batik banyak mengunakan cat napthol karena cepat dan kuat. Napthol tersusun atas napthol AS sebagai warna dasar dan garam Diazonium sebagai pembangkit warna. Untuk menggunakan napthol sebagai pewarna perlu memperhatikan hal-hal berikut :
A. untuk celupan dasar :
2-6 gram cap Napthol
1-3 gram Kostik soda sisik atau batu ( + sedikit TRO atau penggantinya dan + air panas secukupnya)
B. Untuk pembangkitan warna :
5-15 gram Garam Diazo.
Cara melarutkan cat dan mengerjakan celupan “2 kali celup” (untuk pewarnaan dasar)
  1. serbuk cat napthol dimasukkan dalam sebuah wadah kemudian dicampur dengan sedikit TRO dan air, diaduk hingga bernebtuk pasta kemudian diberi air panas secukupnya. Setelah itu, masukana kostik soda dan aduk hingga lauran jernih kemerahan atau kekuningan. Jika masih keruh tambakan kostik soda atau dipanaskan kembali.
  2. larutan napthol dimasukkan ke dalam wadah yang lebih besar kemudian ditambah air secukupnya misalnya, untuk sepotong kain panjang 2,5 meter diperlukan 2-3 liter air.
  3. kain batik kemudian dimasukkan ke dalam larutah dan dibolak-balik hingga 15 menit.
  4. setelah itu,kain kemudian diangin-anginkan ditempat teduh.
  5. masukkan garam diazo dalam panci sendiri kemudian tuangkan air secukupnya, aduk hingga membentuk larutan yang kemudian dimasukkan dalam wadah tersendiri dan masukan air secukupnya.
  6. Kain yang telah diangin-anginkan dimasukkan kedalam larutan garam selama 10 menit dan diaduk. Pada rendaman akan muncul warna kemudian kain diambil dan dicuci bersih. Jika warnanya kurang tajam maka proses pencelupan dapat diulang kembali dari awal sebanyak 2 kali                http://id.wikipedia.org/wiki/Batik